Connect with us

Budaya & Pariwisata

Membaca Makna Sangkala Manunggaling Rasa Suka Ambangun Hari Lahir Kabupaten Magetan, Ada Yang Keliru?

Published

on

Membaca Makna Sangkala Manunggaling Rasa Suka Ambangun Hari Lahir Kabupaten Magetan, Ada Yang Keliru? 

RASI FM – Hari ini Kabupaten Magetan, Jawa Timur berulang tahun ke 349 tahun. Penetapan hari ulang tahun Kabupaten Magetan menurut budayawan dan dalang asal Kabupaten Magetan Sugito Sosrosasmito berdasarkan sengkalan atau slogan berbahasa Jawa yang berbunyi Manunggaling Rasa Suka Ambangun yang jika diartikan adalah menyatunya rasa bahagia membangun (Magetan).

“Slogan itu bermakna bagus, menyarankan kekompakan dan kegembiraan dalam berperan serta memajukan Magetan. Slogan itu memuat doa mulia, agar pemerintah dan rakyat Magetan senantiasa dapat merawat persatuan dan menciptakan keriangan agar lancar menyejahterakan Magetan,” ujarnya melalui pesan singkat Sabtu (12/10/2024).

Meski bermakna baik, namun menurutnya slogan tersebut harus diubah. Tidak bisa tidak, karena slogan itu lahir dari maksud membuat sangkala angka tahun Masehi berdirinya Magetan.

“Slogan itu jelas dimaksudkan sebagai sangkala. Artinya, slogan Manunggaling Rasa Suka Ambangun disengaja sebagai surya sangkala atau lambang tahun 1675 M. Tapi itu surya sangkala yang salah kedaden,” imbuh Sugito.

Baca Juga:  Membaca Magetan Lewat Sengkalan.

Menurut Sugito surya sangkala Manunggaling Rasa Suka Ambangun yang saat ini dipahami masyarakat tidak berdasarkan dari referensi bukti sejarah tertulis berupa prasasti lampau, serat atau kitab manuskrip sejarah dan atau kajian filologis.

“Saya yakin slogan Manunggaling Rasa Suka Ambangun itu dibuat oleh orang yang pintar berbahasa Jawa, tahu tentang sengkalan yaitu surya sangkala dan candra sengkala tapi dia pasti tidak pernah belajar menulis sengkalan. Dia jelas tidak paham rumus menulis sengkalan,” ucapnya.

Dari arti susunan kata sengkalan menurutnya sudah benar dimana manunggal artinya 1, kata rasa artinya 6, kata suka artinya 7, kata mbangun artinya 5. Slogan empat kata itu menurutnya sudah memuat angka tahun berdirinya Magetan, 1, 6, 7 dan 5, namun menyusun sengkalan menurutnya tidak semudah itu.

Baca Juga:  Warga NU di Desa Turi Gelar Lebaran Kupatan di Hari Lebaran + 8

Dia membandingkan sengkalan tahun penanda runtuhnya Majapahit, dimana sengkalannya adalah, Sirna Ilang Kertaning Bumi yang memiliki makna Sirna artinya 0, Ilang artinya 0, Kerta artinya 5, Bumi artinya 1. Tersusunlah angka 0051. Untuk memahaminya mesti dibalik agar menjadi angka tahun 1500 M. “Artinya, sengkalan itu susunan kata-katanya berkebalikan dengan susunan angka-angka tahunnya,” jelasnya.

Sugito juga mencontohkan sengkalan dari berdirinya Kasultanan Yogyakarta yang berbunyi , Dwi Naga Rasa Tunggal yang memiliki versi lebih rumit lagi dalam bentuk gambar dua naga yang ekornya saling membelit, persis ukiran hiasan yang terdapat pada tiang gantungan gong Jawa.

“Dwi artinya 2, Naga artinya 8, Rasa artinya 6, Tunggal artinya 1. Tersusun angka 2861. Maksudnya Kasultanan Ngayogyakarta berdiri pada tahun 1682 Jawa atau 1756 asehi,” ucapnya.

“ Jadi, semestinya susunan kata sengkalan tahun berdirinya Magetan itu Ambangun Suka Rasa Manunggal, bukan malah Manunggaling Rasa Suka Ambangun. Karena kalau dibiarkan salah begitu, suatu saat ketika anak-anak Magetan wis pinter maca sengkalan, mereka akan mengernyitkan dahi, kok Magetan berdiri tahun 5761,” jelasnya.

Baca Juga:  Dinas Peternakan Magetan Wajibkan Pengurusan Kompetensi Ijin Praktek Bagi Petugas Inseminator.

Dengan sengkalan Manunggaling Rasa Suka Ambangun menurut Sugito berarti Magetan saat ini masih belum ada atau belum berdiri. Solusinya menurutnya dibuatkan susunan kata baru yang tidak hanya bagus artinya tapi juga harus benar sesuai rumusnya. “Namun, meskipun saya bisa menawarkan opsi, tentu lancang kalau saya cawe-cawe ndandani. Toh, apa pentingnya methenthengi sengkalan itu hari ini? Siapa peduli?,” ucapnya.

“Mungkin dengan kesalahan sengkalan Magetan ini, kita menjadi sadar sedang dijiwit Tuhan bahwa Magetan memang masih ndheprok, belum mampu ngadeg jejeg. Untuk itu entah masih harus menunggu pilkada berapa kali lagi,” pungkasnya. (DmS,)

 340 total views,  3 views today