Connect with us

Lifestyle

Demam Tinggi Saat Berusia 2 Bulan, Hartono Hanya Bisa Terbaring Selama Hidupnya

Published

on

Demam Tinggi Saat Berusia 2 Bulan, Hartono Hanya Bisa Terbaring Selama Hidupnya

Rasi Fm – Hartono (35) warga Desa Sidokerto Kabupaten Magetan hanya bisa terbaring selama hidupnya di atas kasur di ruang tengah rumahnya yang sederhana. Kedua kakinya terlihat kecil dan hanya terlihat tulang terbalut kulit. Kedua tangannya juga tak bisa digerakkan, menekuk pada kedua siku dan hanya jarinya yang sesekali meremas kain sprei kasurnya. Waginem, orang tua Hartono mengatakan, anaknya pada awalnya sering mengalami panas tinggi dan kejang kejang sebelum mengalami lumpuh pada kedua kakinya. Berbagai upaya mencari kesembuhan sudah dilakukan Waginem agar anaknya bisa sembuh seperti anak lain pada umumnya. Saat berusia 2 tahun hingga 6 tahun, Hartono aktif minta di ajari berjalan, meskipun diusia tersebut anak anak seusianya sudah bisa berjalan dan bersekolah.
“Alite niku nyuwun tetah mawon. Nek mboten ditetah nangis, mboten puron dilereni. Dangu dangu mboso ageng niku mboten purun ditetah, lemes. Lemese niku jarak 6 taunan. Kecilnya itu minta diajari jalan terus. Kalau berhenti itu nangis terus, nggak mau berhenti. Setelah besar tidak mau jalan, lemas. Lemasnya usia 6 tahun),” ujarnya.

Baca Juga:  Nuklir Hingga Judhes, Ini Deretan Kuliner Mie Pedas di Tulungagung

Waginem menambahkan, dia hanya bisa pasrah menerima keadaan anak semata wayangnya dengan keadaan berkebutuhan khusus seperti itu. Dia hanya berharap keadaan Hartono yang sering mengalami giginya beradu, atau warga menyebutnya kerot bisa sembuh. Kerot atau adu gigi dialami Hartono hampir setiap hari. Sering mengalami kerot membuat giginya hancur. Jika sudah mengalami kerot, mulut Hartono tak bisa dibuka.
“Kulo ngesakne nek kumat kerot kerot kejang niku, kating kemletuk. Nek dereng mari piambak dereng saget diwengkang. Wojone telas. (Saya kasihan kalau kerotnya kambuh, bunyinya kemletuk. Kalau belum sembuh susah dibuka mulutnya. (Kalau buang air besar?) Ya saya gendong ke WC, ditanya mau berak atau kencing,” imbuhnya.
Sebelumnya Waginem adalah penjual sayur keliling hingga wilayah Walikukun. Jualan sayur dilakoni Waginem sebeum memiliki anak Hartono, sementara suaminya Suri adalah petani. Lamanya Hartono sakit membuat biaya pengobatan menjadi mahal.
Waginem mengaku sejak 10 tahun lalu Hartono menerima bantuan dari Kementrian Sosial sebesar 300 ribu rupiah sebelum akhirnya turun jumlahnya menjadi 200 ribu rupiah. Saat ini Waginem hanya bisa bersabar merawat anaknya Hartono. (DmS).

Baca Juga:  Pemkab Magetan Berikan Bantuan Pembangunan Rumah Layak Huni Kepada Keluarga Surati Yang Sempat Tinggal di Kandang Ayam.

 3,657 total views,  3 views today

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *