Connect with us

News

Bulan Ini Ponorogo Panen 100.000 Ton Gabah di Hampir 12.000 Hektar Sawah Petani.

Published

on

Bulan Ini Ponorogo Panen 100.000 Ton Gabah di Hampir 12.000 Hektar Sawah Petani. 

RASI FM – Bupati Ponorogo, Jawa Timur Sugiri Sancoko mengaku akan panen di hampir 12.000 hektar tanaman padi milik petani dengan hasil diperkirakan mencapai 100.000 ton gabah kering panen petani. “Bulan April ada 11.588 ribu hektar siap panen, dimana satu hektar itu hasil panennya mulai 7 ton sampai 9 ton. Jika dikalikan ya kita bisa dapat 100 ribu ton selama April saja,” ujarnya ditemui di sela sela kegiatan panen raya di Desa Ngrandu, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo, Jatim, Senin (7/4/2025).

Baca Juga:  Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan Belum Terima Vaksin Untuk Anak.

Sugiri Sancoko menambahkan, di Bulan Mei mendatang hasil panen gabah kering petani diperkirakan akan menghasilkan 7 ribu ton gabah. Dengan total luasan lahan tanaman padi petani 76.000 hektar selama tahun 2025 maka target program ketahanan pangan di Kabupaten Ponorogo bakal tercapai. “Di Desa Ngrandu sendiri ada 270 hektar. Sedangkan secara total selama setahun itu luasan lahan 76.000 hektar. Rata-rata 1 hektar 7 sampai 8 ton dimana Panen tidak bersamaan,” imbuhnya.

Baca Juga:  Hari ini Pemkab Magetan Canangkan Vaksin.

Kabupaten Ponorogo menurut Sugiri Sancoko memiliki indeks ketahanan pangan nomor 14 secara nasional sementara di Provinsi Jawa Timur Ponorogo menduduki nomor 2, kalah dari Kabupaten Gresik yang memiliki kawasan laut, pelabuhan, kawasan industry dan pegunungan yang memiliki daya dukung terhadap program ketahanan pangan. “Kami tidak bersaing dengan Kabupaten lain, tetapi kami akan menuntaskan amanat pak presiden agar ketahanan pangan menjadi idola,” ucapnya.

Dari kwantitas panen padi di Kabupaten Ponorogo menurut Sugiri telah mampu memenuhi target program ketahanan pangan, namun dari sisi serapan gabah petani menurutnya perlu dibenahi terkait kebutuhan pengering gabah agar gabah panen petani bisa terserap dengan standar Bulog. “Secara serapan kami sedang berporses untuk mencari solusi tengah. Misalnya Bulog tidak punya pengering. Lalu dari pengering pengering mereka sudah terlanjur terikat kartel, terikat kontrak dengan para petani. Bulan ini baru 24 persen,” pungkasnya. (DmS)

Baca Juga:  Larang Buang Limbah Ke Sungai, Pemkab Magetan Wajibkan Pemilik Sapi Perah Di Singolangu Menumpuk Kotoran Sapi

 148 total views,  6 views today