Connect with us

News

Kekeringan di Ponorogo Kembali Meluas, 17 Desa di Ponorogo Saat Ini Krisis Air Bersih.

Published

on

Kekeringan di Ponorogo Kembali Meluas, 17 Desa di Ponorogo Saat Ini Krisis Air Bersih.

RASI FM – Musim kemarau membuat jumlah desa di Kabupaten Ponorogo, jawa Timur kembali meluas. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo, Agung Prasetyo, mengatakan, jika minggu kemarin jumlah desa yang mengalami krisis air bersih karena musim kemarau berjumlah 15 saat ini sudah mencaoai 17 desa. “Ada tambahan 2 desa lagi yang terdampak kekeringan sehingga menyebabkan krisis air bersih. Jumlah totalnya ada 17 desa di 7 kecamatan,” ujarnya melalui pesan singkat Selasa (08/10/2024).

Agung menambahkan, dari 17 desa jumlah warga yang mengalami krisis air bersih sebanyak 1.062 kepala keluarga atau 2.733 jiwa. BPBD Kabupaten Ponorogo telah mendistribusikan air bersih untuk kebutuhan minum dan memasak sebanyak 1.200.000 liter air sejak akhir Bulan Mei lalu. “Jumlah distribusi air bersih untuk 17 desa itu sebanyak 1.200.000 liter yang sudah kita droping. Jumlah kepala keluarga terdampak kekeringan saat ini ada 1.062 keluarga,” imbuh Agung.

Baca Juga:  Pemkab Magetan Berlakukan WFH Bagi Staff Prokopim Karena Covid 19.

Pamsimas dan sumur kering, sungai terlalu jauh, hanya bergantung droping air.
Desa paling parah terdampak kekeringan adalah Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo. Kepala Desa Karang Patihan Suyatno mengatakan, kekeringan di desanya sudah terjadi sejak Bulan Mei lalu karena hujan sudah tidak turun sejak saat itu. Pamsimas yang digunakan warga juga tidak mencukupi karena alirannnya yang kecil dan banyak matinya karena sumber air dari sumur sibel debitnya juga berkurang. “Andalannya dari Pamsimas, tapi sejak Bulan Mei mulai kecil karena debit air terus turun. Kalau disedot hanya satu jam, setelah itu airnya habis,” ujarnya.

Baca Juga:  Puluhan Hektar Padi di Kecamatan Ngariboyo Dipanen Dini, Selain Kekeringan Padi Juga Diserang Wereng dan Potong Leher.

Sumur milik warga juga banyak yang kering selama musim kemarau, sementara untuk pergi ke sungai jaraknya terlalu jauh dari pemukiman warga. “Satu satunya pemenuhan air bersih warga ya dari droping air bersih dari BPBD dan instansi lainnya seperti PDAM, Polres, Polsek. Untuk droping air bersih itu hanya seminggu sekali,” imbuh Suyatno.

Baca Juga:  Seorang Pendaki Asal Surakarta Pingsan dan Meninggal Saat Mendaki Puncak Gunung Lawu.

Karena keterbatasan air bersih terbatas menurut Suyatno warga berupaya mencukup cukupkan ketersediaan air bersih untuk kegiatan air minum, memasak, sementara kegiatan mencuci dan mandi warga memilih menghemat persediaan air bersih. ”Masyarakat ya harus pandai pandai membagi kebutuhan air agar cukup selama menunggu pengiriman air yang seminggu sekali,” ucapnya.

Terkait kegiatan pertanian di Desa Karangpatihan Suyatno memastikan petani memilih membiarkan lahan mereka tak tertanami. ‘ Kalau sawah ya tidak ditanami tanahnya saja sampai pecah pecah,” pungkasnya (DmS)

 147 total views,  3 views today